Setiap krisis jangan pernah dibiarkan pergi tanpa pelajaran. Corona pun begitu. Hanya dengan hal itu, kita bisa membangun peradaban yang manusiawi. Sejarahwan Yuval Noah Harari mengedepankan pentingnya setiap upaya yang dikerahkan melalui teknologi bukan untuk teknologi, tetapi untuk membebaskan manusia.
Harari, Financial Times, 2020
Pertama, kesempatan untuk solidaritas
Coronavirus menjadi peristiwa untuk menolong yang susah. Mereka yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan akibat sejumlah kebijakan penutupan, patut dibantu. Virus ini tidak boleh mengalahkan kita sebagai manusia yang berbagi.
Kedua, bukan teknologi dan virus tetapi perlindungan manusia
Banyak perlombaan laboratorium mencari penangkal virus ini. Kecepatannya mengagumkan. Segera teknologi dan obat akan ditemukan. Tetapi bukan itu yang utama, tetapi manusia dan kemanusiaan. Seringkali manusia yang lelah dalam pencarian menyerahkan sepenuhnya hidup untuk dibedah dan dikungkung teknologi. Jangan menyerah pada teknologi dan virus, tapi jadikan mereka kesempatan untuk membebaskan kita. Artinya, pakai teknologi itu untuk kebutuhan kita, bukan sebaliknya, justru kita yang dipakai. Teknologi harus menolong mengembangkan cita-cita kemanusiaan yang membebaskan. Bukan menjebak kita dalam penjara baru seperti pasar obat, pasar farmasi, yang justru melibas kebebasan dalam kungkungan industri obat.
Ketiga, tetap awas atau sadar
Panik itu biasa. Namun yang lebih penting adalah bisa mengontrol pikiran agar pilihan kita tidak dipengaruhi oleh frustrasi dan trauma. Kalau panik yang mengendalikan kita, itu akan menjadi kesempatan terbuka untuk siapapun yang bermain dalam situasi ini mengendalikan dunia medis untuk tujuan lain. Dalam setiap krisis, pasti selalu ada profit taker, profit hunter, dan sejenisnya. Buat mereka, krisis seperti epidemi atau pandemi bahkan bencana lingkungan adalah sumber daya baru yang dapat dikemas jadi jenis aset privat untuk mengeruk keuntungan. Mereka melakukan itu entah awalnya sebagai upaya yang sehat mencari solusi, tetapi lama kelamaan prinsip ekonomi masuk. Ketika psikologi ketakutan itu dimainkan agar orang gamang dan mudah dipengaruhi. Pada momen itulah, dalam pepatah, ibarat kerbau dicocok hidung. Mereka mau apa saja, publik ikut saja. Jadi, tetaplah awas dan waspada pada setiap momen lonjakan perubahan yang menyentak seperti anti-virus ditemukan, karena disitulah kesempatan untuk memegang kendali, entah ke arah kemanusiaan, atau sebaliknya.
Sumber: https://www.ft.com/content/19d90308-6858-11ea-a3c9-1fe6fedcca75: